1. Francois laruelle, buku: principles of non-phil, philosophies of difference, future christ, photo-fiction, anti badiou, dictry of phil
— BapakPhiloSophy (@tommyfawuy) July 27, 2013
2. Filsafat membangun dirinya dgn "the principles of sufficient philosophy" atas ada (being, the one, the real) dilegimasi ol sintaksis
— BapakPhiloSophy (@tommyfawuy) July 27, 2013
3. Sintaksis, subjek-predikat diselesaikan dgn prinsip identitas=tak boleh muncul perbedaan aplg kontradiksi sbgmn sbh proposisi logika
— BapakPhiloSophy (@tommyfawuy) July 27, 2013
4. Sintaksis bg laruelle hadirkan 'being', the one, identitas, sbg 'auto-posisition, dgn sendirinya menampik perbedaan=non-philosophy
— BapakPhiloSophy (@tommyfawuy) July 27, 2013
5. Sintaksis sbg identitas-the one-auto position adl logosentrisme (plato, descartes, sampai althusser) kehilangan napas perbedaan
— BapakPhiloSophy (@tommyfawuy) July 27, 2013
6. Napas peberdaan baru dimunculkan ol nietzsche, heidegger, derrida, deleuze, lyotard, rorty, dianggap para psikopat dlm sej filsafat
— BapakPhiloSophy (@tommyfawuy) July 27, 2013
7.'Para psikopat' dgn pemikiran yg jelas psikopatik itu bikin filsafat menggelinjang, dan para psikiater (plato, descartes, hegel ke laut)
— BapakPhiloSophy (@tommyfawuy) July 27, 2013
8.'Para psikiater' yg berpegang pd sintaksis 'the one' itu menganggap non-filsafat, perbedaan sbg pesakitan jiwa yg harus diinjeksi
— BapakPhiloSophy (@tommyfawuy) July 27, 2013
9. Para psikiater itu menginjeksi para pesakitan itu dgn serum logika dan epistemology
— BapakPhiloSophy (@tommyfawuy) July 27, 2013
10. Laruelle bisa dibilang psikopat baru dlm filsafat yg meradikalisasi perbedaan, dgn khas dan unik mengangkat non-philosophy
— BapakPhiloSophy (@tommyfawuy) July 27, 2013
11. Laruelle lakukan dekonstruksi lwt sintaksis-logosentris dgn ciptakan sintaksis perbedaan, 'the one' yg non-aksiomatik
— BapakPhiloSophy (@tommyfawuy) July 27, 2013
12. Filsafat dgn konsep being-the one-the real menjadi sintaksis-logosentris berangkat dan berhenti pd aksioma (order menertibkan yg keos)
— BapakPhiloSophy (@tommyfawuy) July 27, 2013
13. Sejak pythagoras fil lakukan abstrak-aksiomatik atas non-fil. Bilangan sbg non-fil diinjek episteme (dalil phytagoras) jdlh matematik
— BapakPhiloSophy (@tommyfawuy) July 27, 2013
14. Plato melegitimasi matematik phytagoras utk membangun dunia ideanya, logos hentikan mitos
— BapakPhiloSophy (@tommyfawuy) July 27, 2013
15. Aristoteles ambil kata2 menginjeknya dgn episteme jadi logika, bangunan filosofis utk lingguistik dan sains
— BapakPhiloSophy (@tommyfawuy) July 27, 2013
16. Aristoteles pula yg menyuntik episteme ke benda2 jd fisika, ke tubuh flora/fauna jd biologi, jiwa menjadi psikologi
— BapakPhiloSophy (@tommyfawuy) July 27, 2013
17. Baumgarten dan immanuel kant ambil filsafat aksiologi-estetik nyuntik ke produk kesenian agar memiliki muatan estetik dan akademik
— BapakPhiloSophy (@tommyfawuy) July 27, 2013
18.Kerja filsafat dgn contoh2 itulah yg disebut laruelle sbg sintaksis=the principles of sufficient philosophy (psp)
— BapakPhiloSophy (@tommyfawuy) July 27, 2013
19. Dgn psp filsafat menganggap sejarah memiliki order namun ternyt menyimpan bahaya besar yakni membungkam perbedaan, non-philosophy (np)
— BapakPhiloSophy (@tommyfawuy) July 27, 2013
20. Sintaksis filosofis pd intinya menutup realitas (the real=esse que esse) demi psp dan menjadi ilusi aksiomatis..maksudnya...
— BapakPhiloSophy (@tommyfawuy) July 27, 2013
21. Ilusi aksiomatis digunakan di sini utk menunjuk kegagalan psp menghadapi realitas yg makin multiplikatif
— BapakPhiloSophy (@tommyfawuy) July 27, 2013
22. Sintaksis filosofis saatnya berganti peran bkn sbg the one yg aksiomatik tp the one yg multiplikatif, pinjeman laurelle dari fil deleuze
— BapakPhiloSophy (@tommyfawuy) July 27, 2013
23. The one yg multiplikatif itu bgmnpun tidak ke luar dari dirinya sendiri sbg prinsip imanensi-berganda (aku yg plural ttp di dlm 'aku')
— BapakPhiloSophy (@tommyfawuy) July 27, 2013
24. Berfilsafat bkn lgi berdasarkan sintaksis-aksiomatik tp menyelami np perbedaan, tdk menteorikannya tp berpesta di dalamnya (one-in-one)
— BapakPhiloSophy (@tommyfawuy) July 27, 2013
25. Filsafat dan non-filsafat bagi laruelle menjadi sbh relasi "unilateral duality", sbh modus demokrasi berpikir
— BapakPhiloSophy (@tommyfawuy) July 27, 2013
26. Berfilsafat bukan lg mulai dari ada (being) yg abstrak (aksiomatik) nmn menyelami realitas non-filsafat, tdk membuat teori tp berpesta
— BapakPhiloSophy (@tommyfawuy) July 27, 2013
26. Berfilsafat bukan dimulai dri niat 'menata' realitas di luar (np) namun merayakan gairah keotik di dalamnya
— BapakPhiloSophy (@tommyfawuy) July 27, 2013
27. Meyarakan gairah keotik sama artinya kita nyimak para psikopat bicara krn ternyata psikiaternya hny mampu merantai
— BapakPhiloSophy (@tommyfawuy) July 27, 2013
28. Bagi laruelle, the one, prinsip imanensi, harus dibebaskan demi penghargaan akan realitas itu sendiri
— BapakPhiloSophy (@tommyfawuy) July 27, 2013
29. Menghargai dan menyapa perbedaan realitas itu sendiri menyempatkan kita bertemu dgn keterbatasan2nya (finitude) terus-menerus
— BapakPhiloSophy (@tommyfawuy) July 27, 2013
30. Imanensi bagi laruelle menghadirkan keterbatasan2 yg multiplikatif scr radikal
— BapakPhiloSophy (@tommyfawuy) July 27, 2013
31. Bagi laruelle, realitas plural, the real, one-in-one, terus menggandakan diri sbg infinite dlm imanensi, bkn transendens (dri luar)
— BapakPhiloSophy (@tommyfawuy) July 27, 2013
32. Finite-infinite dalam modus imanensi artinya menolak 'being' (ontologi) yg dibidik dari prinsip aksiomatik-matematik
— BapakPhiloSophy (@tommyfawuy) July 27, 2013
33. Dalam sejarah filsafat, ontologi-matematik ini dimulai ol plato dan dihidupkan lagi ol alain badiou melawan pemikiran kontemporer
— BapakPhiloSophy (@tommyfawuy) July 27, 2013
34. Laruelle menolak ontologi-matematik alain badiou dgn alasan bisa mematikan non-filsafat - kembali pd aksiomatik psp
— BapakPhiloSophy (@tommyfawuy) July 27, 2013
35. Laruelle bukannya menolak matematik sbg non-filsafat - yg ditolaknya adl aksioma matematik platonik-cantorian
— BapakPhiloSophy (@tommyfawuy) July 27, 2013
36. Laruelle lebih menerima matematik godelian dgn alasan membuka lebar imajinasi,*buat @sudjiwotedjo@iwanpranoto@hgunawan82@mathphilosophia
— BapakPhiloSophy (@tommyfawuy) July 27, 2013
37. Laruelle menaruh pula perhatiannya pd fisika kuantum utk menjelaskan bgmn filsafat makin menjauhi prinsip determinisme fisika modern
— BapakPhiloSophy (@tommyfawuy) July 27, 2013
38.Prinsip filsafat (np) mengembara dlm "unilateral duality", mmbebaskan flsafat dari psp, dgn bgt menjauhi teori dan menyumbui fiksi
— BapakPhiloSophy (@tommyfawuy) July 27, 2013
39. Filsafat bagi laruelle bkn lg dipahami scr klasik "philo-sophy" cinta-kebijaksanaan dlm bilik rasionalitas namun menjadi philo-fiction
— BapakPhiloSophy (@tommyfawuy) July 27, 2013
40. "Philo-fiction" bagi laruelle diartikan sbg cinta pd enerji imajinatif, kekuatan pikiran yg tak bertempat tinggal tetap
— BapakPhiloSophy (@tommyfawuy) July 27, 2013
41. Bagi laruelle, sebenarnya psp gagal mmahami kondisi tragedi-komedi sejarah kehidupan yg dibangunnya sendiri krn hilang daya fiksional
— BapakPhiloSophy (@tommyfawuy) July 27, 2013
42. Drpd membangun filsafat ilmu sprt alan badiou, laruelle lbh memilih mengisi prinsip2 ilmu filsafat (phil of science vs science of phil)
— BapakPhiloSophy (@tommyfawuy) July 27, 2013
43. Dengan mengisi ilmu filsafat itulah laruelle memilih jalan estetik-fiksional, menganggap filsafat dan ilpengetahun sbg seni
— BapakPhiloSophy (@tommyfawuy) July 27, 2013
44. Tegasnya, dgn melihat filsafat dan ilmu pengetahuan sbg seni mk laruelle membongkar sintaksis-linguistik yg memenjarakan imajinasi
— BapakPhiloSophy (@tommyfawuy) July 27, 2013
45. Filsafat laruelle anti-esensialisme sbgi khas filsafat kontinental di mana intelektualitasnya lahir
— BapakPhiloSophy (@tommyfawuy) July 27, 2013
46. Dengan menolak filsafat esensialisme, being-the one-aksiomatik itu, laruelle berdiri di "panggung marjinal"
— BapakPhiloSophy (@tommyfawuy) July 27, 2013
47. Filsafat non-filsafat bagi laruelle adlh tetap filsafat marjinal, berabstraksi scr transendental atas realitas (the one)
— BapakPhiloSophy (@tommyfawuy) July 27, 2013
48. Begitulah laruelle lbh memilih sbg 'psikopat' yg mengganggu tatanan drpd memilih menjadi psikiater sprt badiou, khas fil kontemporer
— BapakPhiloSophy (@tommyfawuy) July 27, 2013
49. Berfilsafat adlh pilihan; menjadi psikiater yg memapankan jiwa (ilmu) atau 'psikopat yg rapuh' (fiksi), gemar mengganggu jiwa2 mapan
— BapakPhiloSophy (@tommyfawuy) July 27, 2013
50. Filsafat non-filsafat pd prinsipnya mengajak kita..yooks berimajinasi yooks..peduli amat dgn dikotomi salah-bener!
— BapakPhiloSophy (@tommyfawuy) July 27, 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar